Selasa, 24 Desember 2013

PUBLIKASI ILMIAH WORKSHOP PENELITIAN TINDAKAN KELAS MGMPIPS KAB. BADUNG



PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.          Judul
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi  Belajar IPS  Siswa Kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014”
B.           Bidang Ilmu
Sesuai dengan judul yang diajukan, penelitian tindakan kelas ini mengambil kajian pada bidang Ilmu Pengetahuan Sosial.
C.          Pendahuluan
manusia dilahirkan seperti kertas putih yang siap ditulisi oleh orang-orang yang berinteraksi dengannya baik di rumah, di sekolah, masyarakat maupun lingkungan lainnya. Oleh sebab itu setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang melalui interaksi yang terjadi pada lingkungan tersebut. Kehidupan manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi yang dapat berlangsung di setiap lingkungan atau agen-agen sosial masyarakat seperti keluarga sekolah dan lingkungan masyarakat.
Sekolah sebagai salah satu agen sosialisasi yang kompleks sangat berperan dalam membentuk dan mengembangkan segala potensi positif yang ada pada diri seorang siswa, sebab di lingkungan sekolah seorang siswa dapat mengembangkan  segala potensi yang dimilikinya melalui interaksi edukasi.  Interaksi edukasi menurut Sardiman (2011) adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Sedangakan melalui  pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dalam lingkungan sekolah seorang siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman belajar (learning experience) dalam menumbuhkembangkan potensinya, mental, emosional, fisik, afektif dan psikomotor. Dalam proses penbelajaran ini pula seorang siswa dapat mengembangkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, penguasaan kecakapan hidup dan kemampuan memecahkan permasalahan, sehingga tumbuh generasi yang kuat dan beraklak mulia. 
Proses pembelajaran yang dilakukan disekolah akan  dapat mewujudkan tujuan dari pembelajaran tersebut jika guru mampu berperan sebagai pengelola pembelajaran secara bertanggung jawab merencanakan program, menetapkan tujuan pembelajaran, mengorganisasi sumber-sumber belajar serta mampu membantu siswa memperoleh informasi ide, ketrampilan, cara berfikir dan memahami makna dan nilai dari pembelajaran yang dilakukan. Tetapi tidaklah mudah untuk mencapai harapan keberhasilan pembelajaran yang demikian. Dalam praktiknya proses pembelajaran bisa saja mengalami kegagalan dan tidak dapat  mencapai tujuan yang diharapkan karena adanya ketidaktepatan model pembelajaran yang diterapkan maupun kondisi kesiapan, minat dan motivasi belajar siswa yang rendah. Kondisi serupa juga dirasakan dalam pembelajaran IPS di kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi. Rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa merupakan gambaran nyata rendahnya prestasi dan aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas menjadi pertimbangan perlunya dilakukan suatu tindakan yang dapat memecahkan masalah pembelajaran IPS di kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi. 
            Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta berperan penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dapat diandalkan dan bermoral.  Wahidin (2000) merumuskan tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan sosial antara lain  memberikan pengetahuan pada manusia tentang hal-hal berikut, yaitu: a) bagaimana bersikap terhadap benda-benda disekitarnya, b) cara berhubungan dengan manusia lain, c) cara berhubungan dengan masyarakat sekitarnya, d)cara berhubungan dengan alam sekitarnya, e) cara manusia berhubungan dengan tuhannya. 
            Mengingat demikian pentingnya pembelajaran IPS, sudah seharusnya proses pembelajaran IPS yang berlangsung disekolah menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan, menantang, dan bermakna bagi peserta didik. Selama ini pembelajaran mata pelajaran IPS sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang, tidak menarik. Sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan secara konvensional dimana guru mendominasi kegiatan di dalam kelas sedangkan peserta siswa pasif mendengarkan penjelasan guru. Pada umumnya siswa beranggapan bahwa belajar IPS berarti menghafal, berimajinasi dan menimbulkan rasa mengantuk. Sehingga berpengaruh pada rendahnya motivasi dan menurunnya prestasi belajar siswa.  Hal ini disebabkan pembelajaran IPS yang berlangsung pada umumnya kurang dikemas dengan metode yang menarik, menantang dan menyenangkan.  Oleh karenanya perlu dilakukan upaya  yang mengarah pada peningkatan aktivitas pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan  prestasi belajar siswa.
Hasil pengamatan awal  pembelajaran IPS di kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi yang diperoleh hasil  nilai ulangan harian pada materi pembelajaran sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas (pra-siklus) menunjukkan tingkat ketuntasan belajar siswa masih sangat rendah. Rendahnya tingkat ketutansan belajar siswa  menunjukkan rendahnya tingkat prestasi dan aktivitas belajar Ilmu Pengetahuan Sosial oleh siswa, kecenderungan siswa untuk menghafal materi pelajaran IPS dalam proses pembelajaran yang disampaikan sehingga siswa juga menjadi cepat lupa, kurangnya terlibatanya siswa dalam proses pembelajaran. Gejala-gejala  tersebut dapat diamati secara langsung pada saat proses belajar antara lain: siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat, siswa kurang memiliki kemampuan berpikir kritis dalam merumuskan gagasan sendiri, siswa tidak memiliki kepercayaan diri untuk bersaing dan menampilkan kemampuan dan hasil berpikirnya. Akibatnya siswa cenderung tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran IPS. Hal ini disebabkan siswa belajar hanya dengan mengingat materi yang disampaikan guru, dan kurang dapat menarik makna dan arti dari pembelajaran yang berlangsung.
Upaya peningkatan aktivitas dalam pembelajaran IPS perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan seperti yang diuraikan diatas. Hal tersebut diharapkan dapat membuat pelajaran IPS menjadi lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan siswa. Peningkatan prestasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS juga diupayakan agar menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengangkat judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi  Belajar IPS  Siswa Kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi  Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014
D.    Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah penerapan pembelajran kooperatif  model NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS  siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi  semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014?
2.      Apakah penerapan pembelajran kooperatif  model NHT dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi  semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014?
3.      Bagaimanakah penerapan pembelajaran kooperatif model NHT untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPS  siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi  semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014?

E.       Tujuan penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan melalui PTK, maka penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS  siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi  semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
2.      Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
3.      Untuk menerapkan pembelajaran kooperatif berbasis NHT untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPS  siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi  semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014

F.       Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini  di harapkan bermanfaat sebagai berikut:
1.         Bagi siswa:
·      Kemampuan siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi dalam penguasaan materi social dapat  meningkat.
·      Hasil belajar siswa kelas IXG  SMP Negeri 1 Mengwi dalam mata pelajaran IPS meningkat.
2.         Bagi guru:
·      Merupakan upaya guru dalam menunjang program pemerintah pusat dalam meningkatkan kemampuan belajar dan hasil belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran IPS.
·      Adanya inovasi model pembelajaran IPS dari dan oleh guru yang menitikberatkan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
3.         Bagi sekolah :
·      Diharapkan dapat mengurangi jumlah siswa SMP Negeri 1 Mengwi yang belum tuntas dalam pembelajaran IPS.

G.    KAJIAN PUSTAKA

1.                  Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bagian dari teori konstruktivitas. Model pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Artzt dan Newman (dalam Trianto: 2009) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggungjawab yang sama untuk keberhasilam kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif memungkinkan bagi siswa belajar bersama dalam kelopmpok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang saling membantu. Hal ini dimaksudkan untuk member kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Tugas anggota anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelomponya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Johnson & Johnson (dalam Trianto:2009) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk  peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Lousell & Descamps, 1992)
Zamroni (2000) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial  di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu :
1.      Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil tehadap suksesnya kelompok.
2.      Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
3.      Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan, b)siswa tidak hanya sekedar menggantungkan diri pada hasil kerja teman.
4.      Keempat, Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar berinterakssi dengan siswa lain dalam kelomoknya.
5.      Kelima, Proses Kelompok. Belajar kooperatif tidak akan dapat berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bgaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
 
2.                  NHT ( Numbered Head Together)
Numbered head together atau penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif untuk memengaruhi pola interaksi siwa dan sebagai alternative terhadap struk tur kelas tradisional (Trianto, 2009).  Numbered head together  pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen dengan tujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
            Guru menggunakan empat fase sebagai sintaks dalam pembelajaran NHT, yaitu:
a)      Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.
b)      Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
c)      Fase 3 :  Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap tim anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d)     Fase 4  :  Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

3.                  Aktivitas belajar

Belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Menurut George J. Mouly (dalam Trianto,2009), belajar pada dasrnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Kimble dan Garmezi (dalam Trianto, 2009) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman. Sedangkan Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinal melalui latihan-latihan.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan dari hasil belajar ini dapat berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, kecakapan, ketrampilan, kemampuan, serta perubahan pada aspek lain pada diri seseoarang. Perubahan dari hasil belajar dapat berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, dan apresiasi.
Paul Suparno (dalam Sardiman, 2011) menjelaskan beberapa ciri atau prinsip dalam belajar sebagai berikut :
a)      Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan siswa dari yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
b)      Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
c)      Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri.
d)     Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia pisik dan lingkungannya.
e)      Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Jadi belajar adalah kegiatan yang aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya dan mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari. Sesuai dengan prinsip tersebut maka mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan bagi siswa untuk mengrekonstruksi sendiri pengetahuannya.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :
1.      Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2.      Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3.      Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4.      Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan angket, menyalin.
5.      Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6.      Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, mereparasi.
7.      Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8.      Emotional activities, misalnya, menaruh minat, gembira, senang, merasa bosan, tenang, gugup.

Klasifikasi aktivitas seperti diuraikan diatas menunjukkan bahwa aktivitas siswa disekolah sangat beragam dan kompleks, maka sudah semestinya aktivitas tersebut dapat menciptakan situasi sekolah terasa lebih dinamis dan tidak membosankan. Sedangkan ada banyak faktor yang berpengaruh dalam proses belajar seseorang. Thomas F. Stanton (dalam Sardiman) menguraikan 6 faktor psikologis yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Yaitu :
1.      Motivasi, yaitu keinginan atau dorongan untuk belajar. Motivasi meliputi : a) mengetahui apa yang akan dipelajari, b) memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari.
2.      Konsentrasi, memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Dalam hal ini unsur motivasi sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian.
3.      Reaksi, di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsure fisik maupun mental sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-otot harus dapat bekerja secara harmonis sehingga siswa bertindak atau melakukan belajar secara aktif tidak sekedar belajar.
4.      Organisasi, belajar juga merupakan kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian. Hal ini yang dapat membuat seseorang yang belajar menjadi mengerti dan lebih jelas.
5.      Pemahaman atau comprehension, dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi sehingga siswa dapat memahami situasi.
6.      Ulangan, mengulangi atau memeriksa dan mempelajari kembali apa yang sudah dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat bahan pelajaran menjadi lebih besar.

4.                  Prestasi belajar
Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai seseorang dari proses belajar. Nasution (1989) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetepi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.  Sedangkan Sudjana (1991) mengemukakan hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik lisan, tulisan maupun perbuatan.
Hasil belajar dapat dilihat dari penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahiu apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum (Kunandar, 2011). Menurut Cullen dalam fathul Himan (dalam Kunandar) penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya dalam penelitian tindakan kelas ini yang dimaksud dengan prestasi belajar siswa adalah hasil belajar  siswa yang berupa nilai ulangan harian yang diperoleh dalam mata pelajaran IPS.

H.    METODE PEMELITIAN
1.      Setting Penelitian
            Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menekankan kelas sebagai seting dari penelitian.  Penelitian ini dirancang dalam tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi (Kemis dan targat, dalam wiriaataja 2008). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi yang berlokasi di JL. Danau Batur Mengwi, kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.


2.      Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya memiliki 4 tahapan. Yaitu (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Siklus penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:


Gambar 1. Siklus penelitian tindakan kelas








Sumber : Arikunto, Suhardjono dan Supardi

4.  Sumber dan Cara Pengambilan Data
1) Sumber data
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini diambil dari (1) hasil pengamatan oleh guru pengamat yang dicatat dalam Lembar Observasi dan (2) hasil tes siswa di akhir siklus.
2). Cara Pengambilan data Pengambilan
Pengambilan data dilakukan pada saat hari masuk sekolah, pengambilan data dilakukan dengan cara (1) dibuat Lembar Observasi untuk mengamati proses pembelajaran, aktivitas guru dan siswa serta cara yang efektif dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan kelas, (2) dibuat Lembar Kerja Siswa yang berisi soal yang akan dipecahkan siswa melalui cooperative leraning  yaitu diskusi kelompok, dan (3) tes di akhir siklus.

5. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif yaitu dengan menggunakan teknik prosentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran IPS. Analisis data meliputi hal-hal berikut:
a)      Aktivitas siswa dalam proses belajar IPS dengan katagori tinggi, sedang, rendah.
b)      Prestasi belajar siswa, dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan pada akhir siklus
c)      Implementasi strategi 3-5 dalam pembelajaran kooperatif berbasis NHT dengan menganalisis tingkat keberhasilannya dan membuat katagori berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil.
 
6.       Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian ini  ditandai dengan:
a). Meningkatnya aktivitas belajar siswa ditandai dengan menigkatnya prosentase perolehan hasil obeservasi aktivitas belajar setiap siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi dengan menggunakan skala likert dalam kategori sangat kurang, kurang, cukup, baik dan sangat baik. Katagori tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
NO
RENTANG PROSENTASE
KATAGORI
1
81%  - 100%
Sangat baik
2
61%  -  80%
Baik
3
40%  -  60%
Cukup
4
21%   -  40%
Kurang
5
1%    -  20%
Sangat kurang


b). Meningkatnya prestasi belajar siswa ditandai dengan meningkatnya hasil belajar setiap siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi dan dikatagorikan dalam katagori belum tercapai, tercapai dan terlampaui pada kriteria ketuntasan minimal 75 (tujuh puluh lima).