PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
A.
Judul
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014”
B.
Bidang Ilmu
Sesuai dengan
judul yang diajukan, penelitian tindakan kelas ini mengambil kajian pada bidang
Ilmu Pengetahuan Sosial.
C.
Pendahuluan
manusia dilahirkan seperti kertas putih yang
siap ditulisi oleh orang-orang yang berinteraksi dengannya baik di rumah, di
sekolah, masyarakat maupun lingkungan lainnya. Oleh sebab itu setiap manusia
memiliki potensi untuk berkembang
melalui interaksi yang terjadi
pada lingkungan tersebut. Kehidupan manusia akan selalu
dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi yang dapat berlangsung di
setiap lingkungan atau agen-agen sosial masyarakat seperti keluarga sekolah dan
lingkungan masyarakat.
Sekolah
sebagai salah satu agen
sosialisasi yang kompleks sangat berperan
dalam membentuk dan mengembangkan segala potensi positif yang ada pada diri
seorang siswa, sebab di lingkungan sekolah seorang
siswa dapat mengembangkan segala potensi
yang dimilikinya melalui interaksi edukasi. Interaksi edukasi menurut Sardiman (2011) adalah interaksi yang
berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Sedangakan melalui
pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dalam lingkungan sekolah
seorang siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman belajar (learning
experience) dalam menumbuhkembangkan potensinya, mental, emosional, fisik,
afektif dan psikomotor. Dalam proses penbelajaran ini pula seorang siswa dapat
mengembangkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, penguasaan
kecakapan hidup dan kemampuan memecahkan permasalahan, sehingga tumbuh generasi
yang kuat dan beraklak mulia.
Proses pembelajaran yang dilakukan disekolah akan dapat mewujudkan tujuan dari pembelajaran
tersebut jika guru mampu berperan sebagai pengelola pembelajaran secara
bertanggung jawab merencanakan program, menetapkan tujuan pembelajaran,
mengorganisasi sumber-sumber belajar serta mampu membantu siswa memperoleh
informasi ide, ketrampilan, cara berfikir dan memahami makna dan nilai dari
pembelajaran yang dilakukan. Tetapi tidaklah mudah untuk mencapai harapan
keberhasilan pembelajaran yang demikian. Dalam praktiknya proses pembelajaran
bisa saja mengalami kegagalan dan tidak dapat
mencapai tujuan yang diharapkan karena adanya ketidaktepatan model
pembelajaran yang diterapkan maupun kondisi kesiapan, minat dan motivasi
belajar siswa yang rendah. Kondisi serupa juga dirasakan dalam pembelajaran IPS
di kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi. Rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa merupakan
gambaran nyata rendahnya prestasi dan aktivitas belajar siswa pada proses
pembelajaran sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas menjadi pertimbangan
perlunya dilakukan suatu tindakan yang dapat memecahkan masalah pembelajaran
IPS di kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi.
Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran di
Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang
memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air serta
berperan penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dapat
diandalkan dan bermoral. Wahidin
(2000) merumuskan tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan sosial antara lain memberikan pengetahuan pada manusia tentang hal-hal
berikut, yaitu: a) bagaimana bersikap terhadap benda-benda disekitarnya,
b) cara berhubungan dengan manusia lain, c) cara berhubungan dengan masyarakat
sekitarnya, d)cara berhubungan dengan alam sekitarnya, e) cara manusia
berhubungan dengan tuhannya.
Mengingat
demikian pentingnya pembelajaran IPS, sudah seharusnya proses pembelajaran IPS
yang berlangsung disekolah menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan, menantang,
dan bermakna bagi peserta didik. Selama ini pembelajaran mata pelajaran IPS
sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang,
tidak menarik. Sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan secara
konvensional dimana guru mendominasi kegiatan di dalam kelas sedangkan peserta
siswa pasif mendengarkan penjelasan guru. Pada umumnya siswa beranggapan bahwa
belajar IPS berarti menghafal, berimajinasi dan menimbulkan rasa mengantuk.
Sehingga berpengaruh pada rendahnya motivasi dan menurunnya prestasi belajar
siswa. Hal ini disebabkan pembelajaran
IPS yang berlangsung pada umumnya kurang dikemas dengan metode yang menarik,
menantang dan menyenangkan. Oleh
karenanya perlu dilakukan upaya yang
mengarah pada peningkatan aktivitas pembelajaran yang berorientasi pada
peningkatan prestasi belajar siswa.
Hasil pengamatan awal
pembelajaran IPS di kelas IXG
SMP Negeri 1 Mengwi yang diperoleh hasil nilai ulangan harian
pada materi pembelajaran sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas (pra-siklus) menunjukkan tingkat ketuntasan belajar siswa masih sangat rendah. Rendahnya tingkat ketutansan belajar siswa menunjukkan
rendahnya tingkat prestasi dan aktivitas belajar Ilmu Pengetahuan Sosial oleh siswa, kecenderungan
siswa untuk menghafal materi pelajaran IPS dalam proses pembelajaran yang
disampaikan sehingga siswa juga menjadi cepat lupa, kurangnya terlibatanya siswa
dalam proses pembelajaran. Gejala-gejala tersebut dapat diamati
secara langsung pada saat proses belajar antara lain: siswa kurang memiliki
keberanian untuk menyampaikan pendapat, siswa kurang memiliki kemampuan berpikir kritis dalam merumuskan gagasan sendiri, siswa tidak memiliki
kepercayaan diri untuk bersaing dan menampilkan kemampuan dan hasil
berpikirnya. Akibatnya siswa cenderung tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran IPS. Hal ini
disebabkan siswa belajar hanya dengan mengingat materi yang disampaikan guru, dan kurang dapat menarik makna dan arti dari pembelajaran yang berlangsung.
Upaya peningkatan aktivitas
dalam pembelajaran IPS perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan seperti
yang diuraikan diatas. Hal tersebut diharapkan dapat membuat pelajaran IPS
menjadi lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan siswa. Peningkatan prestasi
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS juga diupayakan agar menjadi
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Berdasarkan
latar belakang di atas, penelitian ini mengangkat judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2013/2014
D.
Rumusan
Masalah
Bedasarkan
latar belakang diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah penerapan pembelajran
kooperatif model NHT dapat meningkatkan
aktivitas belajar IPS siswa kelas IXG
SMP Negeri 1 Mengwi semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014?
2.
Apakah penerapan pembelajran
kooperatif model NHT dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi semester ganjil
tahun pelajaran 2013/2014?
3.
Bagaimanakah penerapan
pembelajaran kooperatif model NHT untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar IPS siswa kelas IXG SMP Negeri 1
Mengwi semester ganjil
tahun pelajaran 2013/2014?
E.
Tujuan
penelitian
Sesuai
dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan melalui PTK, maka penelitian
tindakan kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk meningkatkan aktivitas
belajar IPS siswa kelas IXG SMP Negeri 1
Mengwi semester ganjil
tahun pelajaran 2013/2014.
2.
Untuk meningkatkan prestasi
belajar IPS siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi semester ganjil tahun
pelajaran 2013/2014.
3.
Untuk menerapkan pembelajaran
kooperatif berbasis NHT untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
IPS siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi semester ganjil
tahun pelajaran 2013/2014
F.
Manfaat
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat sebagai berikut:
1.
Bagi siswa:
·
Kemampuan siswa kelas IXG SMP Negeri 1
Mengwi dalam
penguasaan materi social dapat meningkat.
·
Hasil belajar siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi dalam mata pelajaran IPS meningkat.
2.
Bagi guru:
·
Merupakan upaya guru dalam menunjang program pemerintah pusat dalam
meningkatkan kemampuan belajar dan hasil belajar siswa, khususnya dalam mata
pelajaran IPS.
·
Adanya inovasi model pembelajaran IPS dari dan oleh guru yang menitikberatkan pada keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran
3.
Bagi sekolah :
·
Diharapkan dapat mengurangi
jumlah siswa SMP Negeri 1 Mengwi yang belum tuntas dalam pembelajaran IPS.
G. KAJIAN
PUSTAKA
1.
Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bagian
dari teori konstruktivitas. Model pembelajaran kooperatif siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Artzt dan Newman (dalam Trianto: 2009) menyatakan bahwa dalam
belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan
tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota
kelompok memiliki tanggungjawab yang sama untuk keberhasilam kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif memungkinkan bagi siswa
belajar bersama dalam kelopmpok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang
saling membantu. Hal ini dimaksudkan untuk member kesempatan kepada semua siswa
untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
Tugas anggota anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan
oleh guru dan saling membantu teman sekelomponya untuk mencapai ketuntasan
belajar.
Johnson & Johnson (dalam Trianto:2009) menyatakan
bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa
untuk peningkatan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja
dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara
para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Lousell &
Descamps, 1992)
Zamroni (2000) mengemukakan bahwa manfaat penerapan
belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya
dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif
dapat mengembangkan solidaritas sosial
di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan
muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan
memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton
(1992), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu :
1.
Pertama, Saling
ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif
siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan
terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota
kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompok yang juga mempunyai andil tehadap suksesnya kelompok.
2.
Kedua, Interaksi
antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan
interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu
siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini
akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok
mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang
membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang
terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam tukar-menukar ide mengenai
masalah yang sedang dipelajari bersama.
3.
Ketiga, Tanggung
jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa
tanggung jawab siswa dalam hal : a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan
dan, b)siswa tidak hanya sekedar menggantungkan diri pada hasil kerja teman.
4.
Keempat,
Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain
dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk
belajar berinterakssi dengan siswa lain dalam kelomoknya.
5.
Kelima, Proses
Kelompok. Belajar kooperatif tidak akan dapat berlangsung tanpa proses
kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bgaimana
mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
2.
NHT ( Numbered
Head Together)
Numbered head together atau penomoran berpikir bersama adalah jenis
pembelajaran kooperatif untuk memengaruhi pola interaksi siwa dan sebagai
alternative terhadap struk tur kelas tradisional (Trianto, 2009). Numbered
head together pertama kali
dikembangkan oleh Spenser Kagen dengan tujuan untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Guru menggunakan empat fase sebagai sintaks dalam
pembelajaran NHT, yaitu:
a) Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok
3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.
b) Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk
kalimat tanya.
c) Fase 3 :
Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan itu dan meyakinkan tiap tim anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tim.
d) Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
3.
Aktivitas belajar
Belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Menurut George J. Mouly (dalam Trianto,2009),
belajar pada dasrnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat
adanya pengalaman. Kimble dan Garmezi (dalam Trianto, 2009) menyatakan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai
hasil pengalaman. Sedangkan Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku yang orisinal melalui latihan-latihan.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa inti dari belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan dari
hasil belajar ini dapat berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah
laku, kecakapan, ketrampilan, kemampuan, serta perubahan pada aspek lain pada
diri seseoarang. Perubahan dari hasil belajar dapat berupa perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, dan apresiasi.
Paul Suparno (dalam Sardiman, 2011) menjelaskan beberapa ciri atau
prinsip dalam belajar sebagai berikut :
a)
Belajar berarti
mencari makna. Makna diciptakan siswa dari yang mereka lihat, dengar, rasakan
dan alami.
b)
Konstruksi makna
adalah proses yang terus menerus.
c)
Belajar bukanlah
kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan
membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi
perkembangan itu sendiri.
d)
Hasil belajar
dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia pisik dan
lingkungannya.
e)
Hasil belajar
seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan,
motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang
dipelajari.
Jadi belajar adalah kegiatan yang aktif dimana siswa
membangun sendiri pengetahuannya dan mencari sendiri makna dari sesuatu yang
mereka pelajari. Sesuai dengan prinsip tersebut maka mengajar bukanlah kegiatan
memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi suatu kegiatan yang
memungkinkan bagi siswa untuk mengrekonstruksi sendiri pengetahuannya.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa
di sekolah. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar kegiatan siswa yang antara
lain dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2.
Oral activities,
seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan
pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3.
Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato.
4.
Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan angket, menyalin.
5.
Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6.
Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun,
mereparasi.
7.
Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, melihat hubungan,
mengambil keputusan.
8.
Emotional activities, misalnya, menaruh minat, gembira, senang, merasa bosan, tenang, gugup.
Klasifikasi aktivitas seperti diuraikan diatas menunjukkan bahwa
aktivitas siswa disekolah sangat beragam dan kompleks, maka sudah semestinya
aktivitas tersebut dapat menciptakan situasi sekolah terasa lebih dinamis dan
tidak membosankan. Sedangkan ada banyak faktor yang berpengaruh dalam proses
belajar seseorang. Thomas F. Stanton (dalam Sardiman) menguraikan 6 faktor
psikologis yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Yaitu :
1.
Motivasi, yaitu
keinginan atau dorongan untuk belajar. Motivasi meliputi : a) mengetahui
apa yang akan dipelajari, b) memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari.
2.
Konsentrasi,
memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Dalam hal ini
unsur motivasi sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian.
3.
Reaksi, di dalam
kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsure fisik maupun mental sebagai
suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-otot harus dapat bekerja secara harmonis
sehingga siswa bertindak atau melakukan belajar secara aktif tidak sekedar
belajar.
4.
Organisasi,
belajar juga merupakan kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan
bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian. Hal ini yang
dapat membuat seseorang yang belajar menjadi mengerti dan lebih jelas.
5.
Pemahaman atau comprehension, dapat diartikan menguasai
sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental
makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi sehingga siswa dapat memahami
situasi.
6.
Ulangan,
mengulangi atau memeriksa dan mempelajari kembali apa yang sudah dipelajari,
maka kemungkinan untuk mengingat bahan pelajaran menjadi lebih besar.
4.
Prestasi belajar
Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil yang
dicapai seseorang dari proses belajar. Nasution (1989) berpendapat bahwa hasil
belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai
pengetahuan tetepi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi
individu yang belajar. Sedangkan Sudjana
(1991) mengemukakan hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar
dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara
terencana, baik lisan, tulisan maupun perbuatan.
Hasil belajar dapat dilihat dari penilaian terhadap
siswa yang bertujuan untuk mengetahiu apakah siswa telah menguasai suatu materi
atau belum (Kunandar, 2011). Menurut Cullen dalam fathul Himan (dalam Kunandar)
penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh institusi
pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan
serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Selanjutnya dalam penelitian tindakan kelas ini yang
dimaksud dengan prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa yang berupa nilai ulangan harian yang
diperoleh dalam mata pelajaran IPS.
H. METODE
PEMELITIAN
1. Setting
Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menekankan kelas sebagai seting
dari penelitian. Penelitian ini dirancang dalam tiga siklus
yang masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pelaksanaan
tindakan, evaluasi dan refleksi (Kemis dan targat, dalam wiriaataja 2008).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada
semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi yang berlokasi di JL. Danau Batur
Mengwi, kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
2. Prosedur Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan dalam 2 siklus.
Setiap siklusnya memiliki 4 tahapan. Yaitu (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3)
Pengamatan, dan (4) Refleksi. Siklus penelitian tindakan
kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Siklus penelitian tindakan kelas
Sumber :
Arikunto, Suhardjono dan Supardi
4. Sumber dan Cara
Pengambilan Data
1) Sumber data
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini diambil dari (1) hasil pengamatan
oleh guru pengamat yang dicatat dalam Lembar Observasi dan (2) hasil tes siswa
di akhir siklus.
2). Cara Pengambilan data Pengambilan
Pengambilan
data dilakukan pada saat hari masuk sekolah, pengambilan
data dilakukan dengan cara (1) dibuat Lembar Observasi untuk
mengamati proses pembelajaran, aktivitas guru dan siswa serta cara yang efektif
dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan kelas, (2)
dibuat Lembar Kerja Siswa yang berisi soal yang akan dipecahkan siswa melalui
cooperative leraning yaitu diskusi
kelompok, dan (3) tes di akhir siklus.
5. Analisa
Data
Analisa data
dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif yaitu dengan menggunakan teknik prosentase untuk melihat kecenderungan yang
terjadi dalam kegiatan pembelajaran IPS. Analisis data meliputi hal-hal
berikut:
a)
Aktivitas siswa dalam proses
belajar IPS dengan katagori tinggi, sedang, rendah.
b)
Prestasi belajar siswa, dengan
menganalisis nilai rata-rata ulangan pada akhir siklus
c)
Implementasi strategi 3-5
dalam pembelajaran kooperatif berbasis NHT dengan menganalisis tingkat
keberhasilannya dan membuat katagori berhasil, kurang berhasil dan tidak
berhasil.
6.
Indikator Kinerja
Indikator
keberhasilan penelitian ini ditandai dengan:
a). Meningkatnya aktivitas belajar siswa ditandai dengan menigkatnya prosentase perolehan
hasil obeservasi aktivitas belajar setiap siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Mengwi dengan menggunakan
skala likert dalam kategori sangat kurang, kurang, cukup, baik dan sangat baik.
Katagori tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
NO
|
RENTANG PROSENTASE
|
KATAGORI
|
1
|
81% - 100%
|
Sangat baik
|
2
|
61% -
80%
|
Baik
|
3
|
40% -
60%
|
Cukup
|
4
|
21% -
40%
|
Kurang
|
5
|
1% -
20%
|
Sangat kurang
|
b). Meningkatnya prestasi belajar siswa ditandai dengan meningkatnya hasil
belajar setiap siswa kelas IXG SMP Negeri
1 Mengwi dan dikatagorikan dalam katagori belum
tercapai, tercapai dan terlampaui pada kriteria ketuntasan minimal 75 (tujuh puluh lima).